DREAMS
COME TRUE
“Hei….jangan…!!!”
seruku kepada Rani yang sedang mengombang-ambingkan sketsa gambaranku. “Hei..
teman-teman lihat deh gambarannya jelek banget yaa..!!!sok pamer deh huuuuuu”
ejeknya dengan bangga dan disusul oleh geng centilnya. Tak kuasa menahan malu,
aku bergegas menyaut gambaranku dan seraya berlari ke toilet.
Tok
tok tok…. Terdengar bunyi ketukan pintu. “Din, kamu gapapa?” “Din, kok diem aja
buka dong… ini aku Sari” “Nah, gitu dong… kamu gapapa kan?” aku hanya bisa
menggelengkan kepala. “Sudah, omongan si Rani
dan genk nya itu tak usah kamu gubris…mereka itu memang rada gak waras”
“Tapi, apa sih salahku? Akukan baru pindah dari desa ke kota, akupun juga belum
kenal sama merekan..kenapa mereka tiba-tiba langsung memusuhiku?” “yang sabar
aja yaa..umhh masuk kelas yuk ini waktunya matematika lho..” “huuuuffffhhh”
Jam
menunjukkan pukul 10.00 pagi. Ratusan embusan napas lega memenuhi udara.
Sekarang jam istirahat. Kesempatan ini dipergunakan sebaik-baiknya oleh
siswa-siswi sekolah manapun. Pasti tujuan utama mereka adalah kantin sekolah,
bagi mereka termasuk aku kantin adalah surganya makanan hihihih…
“kantin
yuk Din..laper nich” tegur sari seraya menarikku. “emmmm kamu duluan aja deh
aku mau sholat dulu” “ oh,,ok deh”.
Matahari bersinar terik, seakan-akan hendak memanggang hidup-hidup orang yang
tengah lalu lalang di jalan raya. Aku juga sedang kepanasan disini. “huuuhhh
segarnya..!!!” gumamku dalam hati seusai mengambil wudhu. Aku pun bergegas
beranjak ke mushola sekolah untuk melaksanakan sholat duha. Setelah selesai
sholat, aku merasa lebih damai. Hatiku tenang dan perasaankupun lebih
sejuk. Akupun beranjak keluar mushola.
“eh lihat tuh anak kampung sok alim banget sih..!!! seru Indri yang ditimpali oleh genk centilnya “iya ihhhh ndeso” sayup-sayup ku mendengar dengan jelas sindiran itu ditujukan kepadaku. Oke, hatiku yang semula sejuk berubah menjadi panas. Hampir meledak kurasa. “Jadiii…” seruku dalam hati. Ya Tuhaaaann… aku tahu kemana arah percakapan mereka..!!! oke, aku abaikan saja, daripada nanti semakin membuatku terluka. “Haaaaahhh whatever you say.. I don’t care.”
“eh lihat tuh anak kampung sok alim banget sih..!!! seru Indri yang ditimpali oleh genk centilnya “iya ihhhh ndeso” sayup-sayup ku mendengar dengan jelas sindiran itu ditujukan kepadaku. Oke, hatiku yang semula sejuk berubah menjadi panas. Hampir meledak kurasa. “Jadiii…” seruku dalam hati. Ya Tuhaaaann… aku tahu kemana arah percakapan mereka..!!! oke, aku abaikan saja, daripada nanti semakin membuatku terluka. “Haaaaahhh whatever you say.. I don’t care.”
“eeehhh
kamu napa sihhhh cemberut gitu kayak bebek gak dikasi makan sebulan?” “aku
sebel banget deh sama si Indri dkk itu,,ihhh gak bosen-bosennya musuin aku…
sebenernya aku ini salah apa sih sama mereka?” “ aahhhh lagi-lagi masalah
mereka… udahlah Din, jangankan kamu wong aku yang sudah lama kenal sama mereka
aja gg pernah disapa sekalipun kok. Udah tenang aja deh, kan masih ada aku..”
“dari
pada pusing mikirin genk gak penting itu, mending ikut aku mandangi si Andre
tuh. Uhhh keren banget dia Din !!!” tak ku gubris omongan si Sari, aku palah
asik nglamun sendiri. “heeeh ni anak diajak ngomong palah nglamun” seru Sari
dengan muka bete nya. “Kamu ngajak aku ngomong ta?” tanyaku dengan polos tanpa
dosa. “ enggak aku ngomong sama ini niiihh!!!” sahut Sari sambil
menunjuk-nunjukkan botol aqua yang dipeganggnya. Tambah bete mukanya hihihih…
“hehehehe iya iya gitu aja nesu…” “hah nesu??? Apaan tuh??” “ups maksudku marah
hehehe maklum akukan anak ndeso” “owh ok ok lain kali jangan pakek bahasa alien
lagi zo aku gak ngerti hahaha” kami tertawa bersama. “Yah… Andre kemana kok
ngilang sihh..” “aduuuh pliss deh kamu gak bosen ta Sar, ngomongin tentang
cowok muluk” “hehehe itu salah satu hobi ku”.
Ya Tuhaaaan… aku benar-benar tak habis pikir. Kenapa gak di desa gak di
kota metropolitan seperti ini yang ada di otak cewek-cewek itu Cuma bahasan
tetang cowok.. aaahhh muak aku dengernya.
Buuk…!!! Kubanting tubuh mungilku ke kasur. Ku tutup
wajahku dengan bantal, setengah berharap aku akan kehabisan napas dan mati
lemas. “ Aaaaaaghhhhh” rasanya otak ini hampir meledak saat memingat kata-kata
genk nya Indri yang sangat membuatku jengkel. Sampai-sampai ribuan sumpah
serapah keluar dari mulutku dengan lancarnya. Setelah beberapa menit aku coba
untuk bangkit. Yaahh!!! Sudah cukup menyumpahi mereka. Sekarang saatnya
memanjakan perut. “lapaar beeraattt…” seruku seraya berjalan ke dapur. Lalu,
mencomot sepotong cake dari kulkas. Hmmmmm nikmat nyeeee…!!!.
Karena masih lapar, aku membuka tudung saji di meja
makan. “Waaahhh kesempatan emas mumpung ibu lagi ke luar, aku bisa menghabiskan
semuanya hahaha” gumamku dalam hati.
Malam menjelang. “ huuuhh suntuk”
seruku sambil membanting tubuhku ke kasur. “enaknya ngapain yaa… belajarn
sudaah. Makan sudah. Mau nonton tv bosen. Ahaaa.. mana yaaa emmm” cerocosku
sambil membolak-balik buku bermaksud mencari buku gambar dan pensil. Biasa
kalau lagi galau seperti ini, aku sering menghabiskan waktuku untuk menggambar
sketsa-sketsa baju sekedar menghibur hati. Aku akui aku sangat hobi menggambar
apalagi membuat desain baju seperti ini. Aku punya cita-cita ingin menjadi
seorang perancang busana yang handal suatu saat nanti hihihi. Tak terasa sudah
pukuk 00.00 WIB tengah malam. Mungkin saking asiknya sehingga jam-jam berlalu
terasa seperti satu menit. Aku bergegas tidur tak lupa ku pasang jam wekerku
supaya aku tidak kesiangan besoknya. Yaaa walaupun besok adalah hari minggu,
bukan berarti dijadikan malas-malasan. Aku harus tetap bangun pagi untuk
melaksanakan sholat dan membantu ibu. “
Ahhhhhh semoga mimpi bertemu pangeran hehehe…”
Minggu pagi. Saatnya saatnya
beraktivitas lagi. Huufff enaknya pagi-pagi gini baca Koran di teras rumah. Aku
bergegas mengambil Koran dan so’-so’ an membolak-balik halamannya seperti
babak-bapak sedang membaca Koran hehehe. Aku membuka halaman sembilandan mataku
langsung terpaku pada iklan yang menghabiskan setengah halaman Koran tersebut.
Di situ dimuat sebuah iklan lomba tata busana yang hadiahnya cukup menggiurkan.
Tapi bukan hadiah yang membuatku tertarik. Tetapi karena aku menyukai tata
busana. “Ya Tuuhaaan… ini dia yang aku butuhkan..!!” seruku dengan riang. Aku
bergegas lari menghampiri ibuku yang tengah sibuk memasak di dapur.”Ibu..ibu
lihat deh…” sambil ku sodorkan iklan
tersebut di hadapannya. “Apa siih dek, ibu lagi motong sayur nih…nanti kalau
tangan ibu yang kepotong gimana hayoo..” “ihhh ibu lihat duluuuu” setengah
memaksa. “waaahhhh ini kesempatan baguus dek. Adek harus ikut. Pokoknya ibu
dukung adek 1000%” seru ibuku dengan hebohnya. “ Adek juga mikir gitu, tapi apa
mungkin adek bias? Pasti deh saingannya tuh anak yang sudah mahir-mahir gitu.”
“ Duuhhh anak ibu kok pesimis gitu siihhh…bukannya cita-citamu pengen jadi perancang
busana yang handal. Nah, ini langkah awal buat wujutin itu sayaaang… sudah deh
tak usah mikir menang atau kalah, yang penting adalah adek sudah berusaha
semaksimal mungkin”. “ Iya deh bu, tapi
kan adek belum bias jahit… ibu inget gak sebulan yang lalu adek mati-matian
jahit baju yang robek. Itu pun hasilnya gak karuan.” “heeemmm udah deh ka nada ibu yang bias
ajarin adek. Adek tenang saya yaaaa…”.
Sejak percakanku dengan ibu kemarin, hari
ini aku berniat mengirimkan gambaran desainku ke alamat yang tertera di iklan
lomba itu. Dalam hati aku tak peduli mau
menang atau kalah. Setidaknya aku sudah berusaha. Itu prinsip yang ditanamkan
ibu kepadaku. Aku sayaang ibuku hihihi.
Hari ini genap satu bulan aku menunggu
kabar dari tempat lomba. Namun tak ada tanda-tanda aku lolos. Awalnya aku sudah
putus asa banget, dan bertekat tidak akan memikirkannya lagi. “Din, lihat deh
ibu bawa apaan” “ apaan sihh bu?” “ tebak dong..!!!” “Ummhhh coklat ya buu…” “ ihhhh dasar otakmu itu pikirannya coklat
terus. “ “ trus apa dong..?” “ Taraaa…. Nih ibu dikasi pak pos barusan coba deh
buka..!!” dengan berdebar-debar aku perlahan membuka amplop surat itu daaan “
horeeeeee…ibuu aku masuk jadi salah satu finalis desain baju bulan lalu
bu..!!!” seraya berlompat-lompat kegirangan sambil memeluk ibuku. “ Iya iyaa
Din, tapi ibu jangan di giniin nanti kalau ibu pinsan gimana saying aduuuhhh.”
“ hehehe maaf bu abis Dina seneng bangettt.” . “ Itu tandanya mulai sekarang kamu harus buat
itu baju” “ ok bu siaaap tapi ibu mau kaan bantu Dina hehehe?” “Hemmmm
dasar…iya deh”
Genap dua minggu aku berusaha mati-matian
dalam membuat busana yang ku rancang. Dan akhirnya jadi juga huuuhhh lega
sekali rasanya. Din, gimana sudah selesai
kah rancanganmu? Bunyi sms dari
Sari. Sudah kok… huuhh capek banget
rasanya Sar..!!! (pesan terkirim) ohhh
kalau begitu besok bawaen ke sekolah yaaa aku pengn lihaat ok ok wajib. Sippp bu Sari hehehe (pesan terkirim).
*keesokan
harinya
“nih, rancangan ku… gimana menurutmu?”
“wiihhhh
kereeen bangeett…. Apa nih temanya?”
“umhhhh
temanya teenager dress “
“waaahh
pas banget dehhhh”
Tak
disangka-sangka si Indri dang genknya itu muncul dan langsung megnyaut baju
rancanganku dari tangan Sari. “ihhhhhh baju gini aja dibanggain…ini baju
cocoknya tuh di masukin gni nih ke dalam got hahahaha” kata Indri. Dan ditimpali tawa licik oleh genknya. Setelah
membuang bajuku ke got merekapun kabur dengan riangnya. “dasar jahat…. Gimana dong
nih. Ini nanti sore jam 17.00 WIB mau aku pamerin di lomba itu aduuhhh” sahutku
sambil menangis tersedu-sedu. “aduhhh Din, tenang…kendaliin emosimu..kita
nantikan pulang jam 13.00 jadi masih ada waktu lah aku anter le launry yaaa uh
tenang pasti kelar kok.” “makasih yaaa” kamipun bergegas masuk ke kelas.
Dalam perjalanan ke tempat laundry aku dan
Sari bersenda gurau. Itung-itung menghilangkan sedih di dalam hatiku. “eeehh
ada apa itu kok banyak krumunan gitu” kata Sari saat melihat sebrang jalan. “kita
lihat yukk !!!” sahut ku. Kamipun berlari ke dalam kerumunan itu. “astaga Din,
ini kan indri !!!” loh adek-adk ini kenal sama dia?” kata salah satu orang yang
ikut melihat di dalam kerumunan ini. “ iya pak ini teman saya” sahut ku. “Sar,
ayo kita bawa Indri ke rumahku” “iya”.
*di
rumah
“Dimana
aku….” Terdengar suara Indri yang parau. “kamu sudah sadar Ndri… nini aku Dina
, tadi kamu pinsan di jalan makanya aku
bawa kau ke rumahku. Kamu kenapa? Kamu sakit? Boleh aku pinjam hp mu? Untuk sekedar
member kabar ke orang tuamu.”
“looh
kamu kok malah nangis sihhh?” “maaf ya Din, selama ini aku sudah jahat padamu. Tapi
ternyata kamu baik banget.” “hahaha sudahlah gak semua kejahatan itu harus
dibalas dengan kejahatan bukan? Memangnya apa alas an kalian memusuhiku?” “
sejujurnya aku iri padamu, kamu anak baru tapi semua orang langsung suka dan
akrab denganmu.” “oalah hanya karena itu. Ya sudah laaah gak usah di bahas
lagi. Gak penting. Oh ya besok amu dating ya di acara lomba ku” “loh bukannya bajumu
sudah aku rusakin?”
“hahaha
memang sih..tapi sudah beres kok. Bahkan sudah aku setorkan ke panitia dan
besok penentuan siapa yang bakal menang.”
“aku
akin kamu yang terbaik, pasti aku akan datang. Sekali lagi makasih banyak yaa.”
Di
tempat lomba
Pukul
15.00 WIB
Duuh suasana begiu menegangkan. Aku, Ibu,
Sari, Indri saling berpegangan tangan dan berdoa. Rasanya sekujur tubhku
seperti di timbun es batu satu truk…. Saking gugupnya. Pengumuman akan segera
di bacakan. Sang juri telah menaiki panggung dan akan membacakan hasil
akhirnya.
“Dan..pemenang
lomba textile tahun ini adalaaahh,,,,,,”
“Duuuhhhh
lama banget sihh…bertele-tele banget. Gak tau apa kalau aku sudah kaku begini” gumamku dalam hati.
“Gaun
dengan tema Teenager dress karya Dina Ananditha kau laahh juaranyaaa….” Semua orang
bersorak kegirangan. Aku hanya bisa terpaku antara sadar dan gak sadar. Aku,,,Dina
juara utama lomba desain yang bonafit… Yaaa Tuhan apakah ini mimpiii…..
“Dina
Anandhita dipersilakan naik ke panggung untuk menerima penghargaan.” Dengan dorongan
Ibu serta kawan-kawan aku naik ke panggung dan menerima hadiah…..waawww aku
bersorak kegirangan seraya memeluk dewan jurinya.. uppsss abis ganteng sihh
hehehe…
Inilah
langkah awalku meraih impianku….
DEAMS
COME TRUE,,,,horeeeeee… impiank menjadi nyata.
Keep
smile. !!!